SALUTI

BENVENUTO PER VOI ! ! !

Sunday, August 21, 2011

Ranamese Lake : Silence - Danau Ranamese : Keheningan



Lake Ranamese, anyone who had traveled overland to the town of Ruteng must have passed this place. Lake Ranamese is situated on the edge of the highway between Ruteng (Manggarai) and Borong (East Manggarai regency) and still fall within the scope of East Manggarai regency. However, a trip to the lake is closer Ruteng taken through a distance of about 30 km.

Actually this is the third trip to this lake, but the two times before stopping just walk around without taking a single photograph kalipun (be advised that time there has been no digital camera).
Whether because of recent weather anomalies occur or for what, months of September turned out to Ruteng where I start every day or evening trips are always shrouded in fog that sometimes accompanied by rain.

Danau Ranamese, siapapun yang pernah melakukan perjalanan darat ke kota Ruteng pasti pernah melewati tempat ini. Danau Ranamese memang terletak di tepi jalan raya antara Ruteng (Kabupaten Manggarai) dan Borong (Kabupaten Manggarai Timur) dan masih termasuk dalam lingkup wilayah Kabupaten Manggarai Timur. Meski demikian, perjalanan ke danau ini lebih dekat ditempuh melalui Ruteng dengan jarak sekitar 30 km.
Sebenarnya ini perjalananku yang ketiga ke danau ini, namun dari dua kali singgah sebelumnya hanya berjalan-jalan tanpa mengambil foto satu kalipun (maklum waktu itu belum ada kamera digital).
Entah karena belakangan ini terjadi anomali cuaca atau karena apa, bulan-bulan September ternyata Ruteng tempat aku memulai perjalanan setiap siang atau sore selalu tertutup kabut yang kadang disertai hujan.

But the strong intention to re-visit the lake Ranamese make me and a friend did not dampen the intention of this trip though only with a motorcycle rental from the hotel owner Sinda, Sir Stephen, who can we call Mr. Nus. Armed with a bag duffle bag that we fill some snacks and drinks, then after passing at 08.00 in the morning we drove the vehicle towards the east. The journey itself is not smooth, because we blocked several times due to avalanches, landslides rain. Nature Flores is hilly and mountainous are prone to landslides due to unstable soil conditions. Since the former These avalanches so many streets filled with soil-clay that makes the roads become slippery especially drizzle was still falling in some places, although not evenly. Therefore we had to slow the vehicle so as not to slip.

Namun niat yang kuat untuk kembali mengunjungi danau Ranamese membuat aku dan seorang teman tak menyurutkan niat meski perjalanan kali ini hanya dengan sebuah sepeda motor sewaan dari pemilik hotel Sinda, pak Stefanus yang bisa kami panggil pak Nus. Berbekal sebuah tas rangsel yang telah kami isi beberapa makanan kecil dan minuman, maka setelah lewat pukul 08.00 pagi kami melajukan kendaraan ke arah timur. Perjalanan sendiri tidaklah mulus, karena kami beberapa kali dihadang longsoran-longsoran tanah akibat hujan. Alam Flores yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung memang rawan longsor karena kondisi tanahnya yang labil. Karena bekas longsoran ini sehingga jalan-jalan banyak dipenuhi tanah-tanah liat yang membuat jalan menjadi licin apalagi gerimis masih turun di beberapa tempat meskipun tidak merata. Karena itu kami harus melambatkan kendaraan agar tidak slip.

Sights along the way was gorgeous so we thought we wanted to stop each time to sit down to enjoy or just pointing the camera. But because we do not want the fog that is usually preceded by frequent falls in the lake Ranamese we strengthen not to stop, practically we only stopped twice. After passing through the area Poco Ranaka then before long we got into debt in the region is so dense hedge. Again we were greeted drizzle a little hard, luckily soon we reached the top, climb high walls where there are buildings where there are small stalls sebuat standing there. We decided to stop by the shop to dry off a little and enjoy a delicious hot coffee which of course this perfect time. Actually, according to the government, this wall was built to prevent people who do exist in the vehicle can see the lake at the bottom Ranamese. Because it is usually the place people used to see the lake Ranamese without having to go down, even without a drop of the vehicle, resulting in frequent traffic jams in this place. With the existence of this wall, then one should go down first and go behind the wall to be able to see the lake from a height Ranamese. Finished drinking coffee, we were surprised by the condition of a leaking front motorcycle tires. Fortunately the shop owners have the equipment to patch the tire. As a result, we entrust the vehicle to the owner of the shop and we walked down toward the entrance of the lake Ranamese. At the entrance of this lake there are actually several buildings owned by the KSDA that are not used so that some who had built lopo also been damaged can not be used. Some locals say this place is full of mystical and some strange events. One characteristic that we know every time the vehicle passed the area at night must be long-horn a few times. When we ask the drivers, they say that they sounded the horn to ask for permission to pass this area. If not, ask me .. wow, some spooky stories flowed from their mouths. The truth? Wallahualam .... Once down to the lake we were greeted scene some people who seem so engrossed in fishing and they are not coming together but split up some distance to each other. Well, when the water was cold air here. This place is situated above 1000 meters above sea level and protected forests by large trees to be inappropriate if the atmosphere is cool.

Pemandangan di sepanjang perjalanan sungguh menawan sehingga rasanya kami ingin berhenti tiap saat untuk duduk menikmati ataupun sekedar mengarahkan kamera. Namun karena kami tidak ingin didahului kabut yang biasanya sering turun di danau Ranamese maka kami menguatkan untuk tidak berhenti, praktis kami hanya berhenti dua kali saja. Setelah melewati daerah Poco Ranaka maka tak berapa lama kami sampai masuk di kawasan hutang lindung yang begitu lebat. Lagi-lagi kami disambut gerimis yang agak keras, untunglah tak lama kami sampai di atas tanjakan dimana ada bangunan tembok tinggi dimana ada sebuat warung kecil berdiri di situ. Kami memutuskan singgah di warung untuk sedikit mengeringkan badan serta menikmati kopi panas yang tentu nikmat diwaktu begini. Sebenarnya menurut orang pemda, tembok ini dibangun untuk menghalangi orang-orang yang melakukan ada di kendaraan dapat melihat danau Ranamese yang ada di bawah. Karena memang biasanya tempat ini digunakan orang untuk melihat danau Ranamese tanpa harus turun ke bawah, bahkan tanpa turun dari kendaraan, akibatnya sering terjadi kemacetan di tempat ini. Dengan adanya tembok ini, maka orang harus turun terlebih dahulu dan masuk dibalik tembok untuk dapat melihat danau Ranamese dari ketinggian. Selesai minum kopi, kami dikejutkan dengan kondisi ban motor depan yang bocor. Untunglah pemilik warung punya peralatan untuk menambal ban itu. Walhasil, kami menitipkan kendaraan itu ke pemilik warung dan kami berjalan kaki turun menuju ke pintu masuk danau Ranamese. Di pintu masuk danau ini sebenarnya ada beberapa bangunan milik dari KSDA yang sudah tidak terpakai sehingga beberapa lopo yang dulu dibangun juga sudah rusak tak dapat digunakan. Beberapa orang setempat mengatakan tempat ini penuh dengan mistis dan beberapa kejadian aneh. Salah satu khas yang kami tahu setiap kali kendaraan melewati daerah ini pada malam hari pasti membunyikan klakson panjang beberapa kali. Waktu kita tanyakan kepada sopir-sopir itu, mereka katakan bahwa mereka membunyikan klakson untuk meminta ijin lewat daerah ini. Kalau tidak, tanya saya.. wah, beberapa cerita seram mengalir dari mulut mereka. Kebenarannya? Wallahualam.... Begitu turun ke danau kami disambut pemandangan beberapa orang yang tampaknya begitu asyik memancing dan mereka tidak saling berkumpul melainkan saling berpencar beberapa jauh. Wah, padahal air udara disini dingin sekali. Tempat ini terletak di atas 1000 meter di atas permukaan air laut serta hutan lindung dengan pohon-pohon besar jadi pantas jika suasananya dingin.

Principles of large trees overgrown with moss and ferns, the water is so calm lake with reflections of green water that looked like a bewitched our eyes. Though the clouds still blanket the place, but the colors are gorgeous among the leaves of the trees that are green with some trees whose leaves have yellowed even blushed like creating a complementary color contrast. Trip around the lake is rather difficult, so you should use footwear made ​​of rubber which is good because in addition to the narrow path and are often prevented from trunks of fallen trees, pathways were also restricted to steep slopes, one little step foot means ready plunged into in the lake. Want to know how cold the water in this lake? It was not too much if at a certain time, especially in the months of July then you will like the ice melted.
Pokok-pokok pohon besar yang ditumbuhi lumut dan tumbuhan pakis, air danau yang begitu tenang dengan pantulan airnya yang tampak hijau seperti menyihir mata kami. Meskipun awan tetap menyelimuti tempat ini namun warna-warna yang menawan antara daun-daun pepohonan yang berwarna hijau dengan beberapa pohon yang daunnya telah menguning bahkan memerah seperti menciptakan kontras warna yang saling melengkapi. Perjalanan mengelilingi danau ini agak sulit sehingga sebaiknya menggunakan alas kaki berbahan karet yang bagus karena selain jalurnya yang sempit dan seringkali dihalangi batang-batang pohon yang tumbang, jalur-jalur itu juga dibatasi lereng yang curam, salah sedikit kaki melangkah berarti siap-siap tercebur ke dalam danau. Ingin tau seberapa dingin air di danau ini? Rasanya tidak berlebihan jika pada waktu tertentu terutama pada bulan-bulan Juli maka anda akan seperti es yang dicairkan.
The atmosphere of the lake may seem mystical, but the silence and natural ambience was washed away. Beauty treats God like a mosaic composition of the work that so perfectly well sown with winter flowering and death of season. Anglers on the lake is not much, most of which I asked about this lake is a resident who lived in the area Gololoni. Even if they had fun fishing can be absorbed into the night while a fire let me stay warm. Even then I saw at 10.00 they had made ​​a fire, yes because the air here, although daytime tetep be cool, even cold at certain times. Oh, for a stimulator of the leech also please be careful because a lot of leeches in the lake, I myself had to give up at least 3-4 leeches suck blood.
Suasana danau memang terkesan mistis, namun keheningan dan suasana alamnya sungguh menghanyutkan. Suguhan keindahan komposisi karya Tuhan seperti mozaik yang ditaburkan dengan begitu sempurna baik di musim berbunganya maupun dimusim gugurnya. Pemancing di danau ini tidaklah banyak, sebagian besar yang saya tanyai adalah penduduk sekitar danau ini yang tinggal di daerah Gololoni. Bahkan kalau sudah asyik memancing mereka bisa asyik sampai malam sambil membuat perapian biar tetap hangat. Bahkan waktu itu saya melihat jam 10.00 mereka sudah membuat api, ya karena memang udara disini walaupun siang hari tetep akan sejuk bahkan dingin pada waktu-waktu tertentu. Oh, bagi yang penggeli terhadap lintah juga harap berhati-hati karena lintah banyak sekali di danau ini, saya sendiri harus merelakan darah dihisap setidaknya 3-4 lintah.

11:00 hours after me and a friend decided to go back because the camera battery had run out so that your friends can not take pictures anymore. Though we have not reached a quarter circle the lake, and frankly a view across the lake looks so charming with the cascade-plant vines in large trees, small bridges with the grass-thatch grass is so green ...
Finally we return to the shop because of the fog down quickly so that the lake be closed and can not be seen again. Lake Ranamese indeed if the fog is often difficult to be seen again, though at close range because of thick fog which often come down once so that visibility is very short.
But this experience really enjoyable, it seems I have to visit it again at least to be around the entire lake area.

Selepas jam 11.00 saya dan teman memutuskan kembali karena batere kamera teman sudah habis sehingga tidak bisa memfoto lagi. Padahal kita belum sampai seperempat lingkaran danau, dan terus terang pemandangan di seberang danau tampak begitu menawan dengan juntaian tanaman-tanaman merambat dipohon besar, jembatan kecil dengan rumput-rumput ilalang yang begitu hijau...
Akhirnya kita kembali ke warung karena kabut turun dengan cepat sehingga danau menjadi tertutup dan tak bisa dilihat lagi. Danau Ranamese memang kalau tertutup kabut sering sulit untuk bisa dilihat lagi meski dalam jarak dekat karena kabut yang turun seringkali tebal sekali sehingga jarak pandang teramat pendek.
Namun pengalaman ini sungguh menyenangkan, tampaknya aku harus mengunjunginya lagi setidaknya untuk bisa memutari seluruh kawasan danau ini.

No comments:

Post a Comment