Ceremony of Reba

Ceremony of Reba in Ngada

Overview - Selayang Pandang

Reba is a traditional ceremony that aims to do homage and words of gratitude to the service of the ancestors. This ceremony is also used to evaluate everything about the life of the society in previous years already served by public Ngada. Through this ceremony, family and community asking for directions to the religious and traditional leaders to be able to live better in the new year. The ceremony is held every new year, precisely in January or February.

Host for the ceremony is always rotating in each year. A day before the celebration of Reba starts, held the opening ceremony of Reba (su'i uwi). On the night of the event su'i uwi done eating and drinking together (ka maki Reba) while waiting for morning. In the morning, when the ceremony, guests are provided food and beverages that are ripe and ready to eat (Ngeta kau bhagi ngia, mami utu Mogo. Kaa si papa vara, ini su papaPinu). The main dish in this feast is sweet. For citizens Ngada, sweet heralded as a food source that never runs out is provided by the earth. Therefore, residents Ngada will never experience food insecurity or malnutrition.

Reba During the ceremony took place accompanied by the dance the dancers grasped the long sword (sau) and stick colors at the edges adorned with white goat hair (tuba). As a dance is a traditional single-stringed stringed instrument made ​​from coconut shell or gourd are also from the forest. As a container resonance, this instrument is covered with goat skin which has been drilled at its center. While the bow is made of bamboo sebilah which has tied up with yarn that has been rubbed with wax.

Reba merupakan upacara adat yang bertujuan untuk melakukan penghormatan dan ucapan rasa terima kasih terhadap jasa para leluhur. Upacara ini juga digunakan untuk mengevaluasi segala hal tentang kehidupan bermasyarakat pada tahun sebelumnya yang telah dijalani oleh masyarakat Ngada. Melalui upacara ini, keluarga dan masyarakat meminta petunjuk kepada tokoh agama dan tokoh adat untuk dapat menjalani hidup lebih baik pada tahun yang baru. Upacara ini diadakan setiap tahun baru, tepatnya di bulan Januari atau Februari.

Tuan Rumah untuk upacara ini selalu bergiliran pada setiap tahunnya. Sehari sebelum perayaan Reba dimulai, dilaksanakan upacara pembukaan Reba (su'i uwi). Pada malam su'i uwi dilakukan acara makan minum bersama (ka maki Reba) sambil menunggu pagi. Pada pagi harinya, ketika upacara berlangsung, para tamu disediakan makanan dan minuman yang sudah matang dan siap dimakan (Ngeta kau bhagi ngia, mami utu mogo. Kaa si papa vara, ini su papa pinu). Hidangan utama dalam pesta ini adalah ubi. Bagi warga Ngada, ubi diagungkan sebagai sumber makanan yang tak pernah habis disediakan oleh bumi. Karena itu, warga Ngada tidak akan pernah mengalami rawan pangan ataupun busung lapar.

Selama upacara Reba berlangsung diiringi oleh tarian para penari yang menggenggam pedang panjang (sau) dan tongkat warna-warni yang pada bagian ujungnya dihiasi dengan bulu kambing berwarna putih (tuba). Sebagai pengiring tarian adat adalah alat musik gesek berdawai tunggal yang terbuat dari tempurung kelapa atau juga dari labu hutan. Sebagai wadah resonansinya, alat musik ini ditutupi dengan kulit kambing yang pada bagian tengahnya telah dilubangi. Sedangkan penggeseknya terbuat dari sebilah bambu yang telah diikat dengan benang tenun yang telah digosok dengan lilin.

Feature - Keistimewaan

Reba ceremonies usually done three to four days. Before the implementation of the ceremonial dances and chants (O Uwi) inculturation Mass was held at the church led by a Catholic priest (priest or a priest). Some ceremonies are also accompanied by a choir singing church, and the use of local languages ​​Ngada. The ceremony is indeed combines elements of traditional religion.

Outside the church, the atmosphere grew festive ceremonies, when the audience and the dancers were presented with one or two glasses of wine (old fig). It is a tradition Ngada everyone who attended the ceremony. However, Reba is not just rah-rah party, but a form of excitement (style of gora) Ngada community while maintaining the feel spiritual.

Upacara adat Reba biasa dilakukan tiga sampai empat hari. Sebelum pelaksanaan upacara tari-tarian dan nyanyian (O Uwi) diadakan misa inkulturasi di gereja yang dipimpin oleh seorang imam katolik (pater atau romo). Beberapa rangkaian upacara juga diiringi dengan koor nyanyian gereja, dan menggunakan bahasa lokal Ngada. Upacara ini memang memadukan unsur adat dengan agama.

Di luar gereja, suasana upacara adat bertambah meriah, ketika para penonton dan penari disodori satu atau dua gelas arak (tua ara). Ini merupakan tradisi setiap orang Ngada yang hadir dalam upacara tersebut. Namun demikian, Reba bukan sekedar pesta hura-hura, tetapi wujud kegembiraan (gaja gora) masyarakat Ngada dengan tetap menjaga nuansa rohani.

Location - Lokasi

Reba ceremony can be witnessed in each of the districts located in Ngada, the island of Flores, East Nusa Tenggara Province. Each township is Aimere, Bajawa, Mataloko, Jerebu'u, and So'a.

Upacara Reba dapat disaksikan di masing-masing kecamatan yang terletak di Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Masing-masing kecamatan itu adalah Aimere, Bajawa, Mataloko, Jerebu'u, dan So'a.

Access to Location - Akses Menuju Lokasi

From Kupang, capital of East Nusa Tenggara province, you can get on a plane headed straight to Bajawa.

Dari Kupang, ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur, Anda dapat naik pesawat langsung menuju ke Bajawa.

Entrance Fee - Tiket Masuk

Any visitors are not charged admission.

Setiap pengunjung tidak dikenakan biaya tiket masuk.

Accomodation and Facilities - Akomodasi dan Fasilitas

In the City Bajawa there are several hotels, ranging from jasmine to two-star class. In addition, there are several restaurants that provide typical Ngada food, and some travel agents who are ready to serve tourists to other attractions around Ngada.

Di Kota Bajawa terdapat beberapa hotel, mulai dari kelas melati hingga bintang dua. Di samping itu, terdapat beberapa restoran yang menyediakan makanan khas Ngada, dan beberapa biro wisata yang siap melayani wisatawan ke obyek wisata lainnya di sekitar Ngada.