Told of the action group of fishermen fishing in the sperm whale or techniques with traditional methods of the stone age. This is the line of their livelihoods have not changed since hundreds of years ago and has not been touched by technology.
Menceritakan tentang aksi sekelompok nelayan dalam penangkapan ikan paus sperma dengan metode tradisional atau teknik zaman batu. Inilah garis penghidupan mereka belum berubah sejak beratus-ratus tahun silam dan belum tersentuh teknologi.
Amazing images. A group of fishermen with a skilled, just rely on agility and great courage, their catch to catch the sperm whale 75 feet long, they will use for the provision of various materials needs and enough food for their village. Two fishing boats work together, while their leader hung in the air when the spear stabbed body of this whale. The hunt took place in Indonesian waters, they fought more than six hours, using traditional spears and knives to subdue this whale whales .- This they called 'Koteklema'. Eventually, the fishermen of Lamalera (a village located south of the island of Lembata in Indonesia), can kill sperm whale is a very traditional way.
This is all very much different from the whaling by the Japanese fishing vessel, which uses Harpoon grenades to slaughter these fish to their fishing industry interests.
This is all very much different from the whaling by the Japanese fishing vessel, which uses Harpoon grenades to slaughter these fish to their fishing industry interests.
Gambar yang mengagumkan. Sekelompok nelayan dengan trampil, hanya mengandalkan ketangkasan dan keberanian yang luar biasa, mereka menangkap untuk menangkap ikan paus sperma sepanjang 75 kaki, yang akan mereka manfaatkan bagi penyediaan berbagai bahan kebutuhan dan makanan yang cukup untuk kampung mereka. Dua perahu nelayan bekerja sama, sedang pimpinan mereka menggantung di udara ketika tombaknya menghunjam tubuh ikan paus ini. Perburuan ini terjadi di perairan Indonesia, mereka berjuang lebih dari enam jam, dengan menggunakan tombak dan pisau tradisional untuk menundukkan ikan paus ini.- Ikan paus ini mereka namai ‘Koteklema’. Akhirnya, nelayan dari Lamalera (suatu kampung yang terletak disebelah selatan pulau Lembata di Indonesia), dapat membunuh paus sperma ini dengan cara sangat tradisional.
Ini semua sangat jauh berbeda dengan penangkapan ikan paus oleh kapal nelayan Jepang, yang menggunakan granat harpoon untuk membantai ikan ini untuk kepentingan industri perikanan mereka.
These fishermen set sail from Lamalera with sail woven from leaves gebang and each vessel is hand-made, with no use of nails or metal. Ropes are made from spun fiber palm leaves and hibiscus wood fiber. They were poor, they settled the rocky island and not flat, very little land that can be utilized for agriculture. The main income depends only on the abundance of fishing activities such as marlin, tuna, stingray, turtle, octopus and lobster. During the fishing season "Lefa Nue" from May to October, the villagers hunt whales, sharks and dolphins. However, there is a sense of worry about the future of the people here, the number of whales has been declining, the hunt is now less than five years ago. This year they can only catch three whales.
"If there is no peace between us, there would be no good whaling," said Anna Bataona the villagers there. They believe that there should be harmony of living on land with the sea, peace on land will provide good hunting results.
"If there is no peace between us, there would be no good whaling," said Anna Bataona the villagers there. They believe that there should be harmony of living on land with the sea, peace on land will provide good hunting results.
Nelayan ini berlayar dari Lamalera dengan layar perahu yang ditenun dari daun gebang dan masing-masing kapal adalah buatan tangan, dengan tidak menggunakan paku atau metal. Tali temali dibuat dari pintalan serat daun telapak tangan dan serat kayu waru. Mereka miskin, mereka bermukim dipulau yang berbatu-batu dan tidak datar, sangat sedikit lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian. penghasilan utama hanya bergantung pada kegiatan penangkapan ikan yang berlimpah seperti ikan marlin, ikan tuna, stingray, penyu, ikan gurita dan udang laut. Selama musim melaut “Lefa Nue” dari bulan Mei sampai Oktober, orang desa ini berburu ikan paus, ikan hiu dan dolfin. Bagaimanapun, ada rasa kawatir akan masa depan dari masyarakat disini, jumlah ikan paus ini sudah semakin menurun, perburuan sekarang lebih sedikit dibanding masa lima tahun yang lalu. Tahun ini mereka hanya dapat menangkap tiga ikan paus.
“Jika tidak ada damai di antara kita, tidak akan ada penangkapan ikan paus baik,” kata Anna Bataona orang desa disana. Mereka percaya bahwa harus ada harmony penghidupan didarat dengan dilaut, kedamaian didaratan akan memberikan hasil perburuan yang baik.
No comments:
Post a Comment