SALUTI

BENVENUTO PER VOI ! ! !

Sunday, August 28, 2011

Tour Object in South Sulawesi - Obyek Wisata di Sulawesi Selatan


Sultan Hasanuddin was the 16th king of Gowa who was famous for bravery against Dutch colonial rule in South Sulawesi. Therefore, he was dubbed by the Dutch as Haanstjes van Het Oosten or Rooster of theEastern Continent. He was born in 1629 and was appointed King of Gowa in 1652 when he was 23. He became King of Gowa for 17 years until the year 1669. At the age of 41, exactly on May 12, 1670, Sultan Hasanuddin died. He is buried in the cemetery complex of the kings of Gowa. Above his grave, I listed the name Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Mohammad Bakir Sultan Hasanuddin Tumenanga Balla Pangkana Ri which is the name of the title of Sultan Hasanuddin. On the left front of the cemetery there is a complex of stone "Tomanurung" or also called "Stone Pallantikan" as a place of inauguration of the kings of Gowa. Not far from the tomb, there is an ancient mosque that was built in 1603.

Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa ke-16 yang sangat terkenal dengan keberaniannya melawan kolonial Belanda di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, ia dijuluki oleh penjajah Belanda sebagai Haanstjes van Het Oosten atau Ayam Jago dari Benua Timur. Ia lahir pada tahun 1629 dan diangkat menjadi Raja Gowa pada tahun 1652 ketika ia berusia 23 tahun. Ia menjadi Raja Gowa selama 17 tahun hingga tahun 1669. Pada usia 41 tahun, tepatnya tanggal 12 Mei 1670, Sultan Hasanuddin wafat. Ia dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Gowa. Di atas makamnya, tertera nama I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Mohammad Bakir Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri balla Pangkana yang merupakan nama gelar Sultan Hasanuddin. Di sebelah kiri depan komplek pemakaman terdapat sebuah batu “Tomanurung” atau disebut juga “Batu Pallantikan” sebagai tempat pelantikan raja-raja Gowa. Tidak jauh dari makam, terdapat sebuah masjid kuno yang dibangun pada tahun 1603.

Feature - Keistimewaan

At the tomb of Sultan Hasanuddin has useful information about life history of Sultan Hasanuddin, such as date and year of birth, name of the title, tenure, and his death at the same location. Visitors can also see the six other famous tomb of King of Gowa, such as the Sultan Alauddin (the king who actively spread Islam in the kingdom of Gowa) and the tomb of King Tallo.
Di makam Sultan Hasanuddin terdapat informasi tentang sejarah hidup Sultan Hasanuddin, seperti tanggal dan tahun kelahiran, nama gelar, masa jabatan, serta wafatnya di lokasi yang sama. Pengunjung dapat pula melihat 6 makam Raja Gowa terkenal lainnya, seperti Sultan Alauddin (raja yang giat menyebarkan agama Islam di Kerajaan Gowa) dan makam Raja Tallo.


Location - Lokasi

Tomb of Sultan Hasanuddin complex located in the cemetery at Jalan Palantika, Village Katangka, District Somba Opu, Gowa regency, South Sulawesi. Sultan Hasanuddin cemetery not far from Sungguminasa, about 8 km from Makassar. To reach this cemetery complex, the trip can be reached by using a two-wheeled vehicle or four wheel. At the cemetery available services guide who will explain to visitors about all things related to the tomb of Sultan Hasanuddin.

Makam Sultan Hasanuddin terletak di komplek pemakaman di Jalan Palantika, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kompleks pemakaman Sultan Hasanuddin berada tidak jauh dari Sungguminasa, sekitar 8 km dari Kota Makassar. Untuk mencapai komplek pemakaman ini, perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Di kompleks pemakaman tersedia pelayanan jasa guide yang akan menjelaskan kepada para pengunjung tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan makam Sultan Hasanuddin.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tempe Lake - Danau Tempe



Tempe Lake, South Sulawesi, is one of the unique wetland ecosystem because it has relationships with several small lakes in the vicinity such as Crocodile Lake and Lake Sidenreng which is considered as a whole ecosystem of Lake Tempe. Sidenreng Lake District belong to the region Sidenreng Rappang (Sidrap), while the Crocodile Lake District go into area Wajo. Lake Tempe is surrounded by three districts, namely District Wajo, Sidrap and Soppeng. When the flood season, Tempe Lake area reaches 30,000 hectares. However, during drought, the lake shrank to 10,000 hectares.

Danau Tempe, Sulawesi Selatan, adalah salah satu ekosistem lahan basah unik karena memiliki hubungan dengan beberapa danau kecil di sekitarnya seperti Danau Sidenreng dan Danau Buaya yang dianggap sebagai satu kesatuan ekosistem Danau Tempe. Danau Sidenreng termasuk ke dalam kawasan Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), sedangkan Danau Buaya masuk ke dalam kawasan Kabupaten Wajo. Danau Tempe dikelilingi oleh tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Wajo, Sidrap dan Soppeng. Saat musim banjir, luas Danau Tempe mencapai 30.000 hektar. Namun, saat kemarau, danau ini menyusut menjadi 10.000 ha.

Rest with the development of human culture around Lake Tempe, that's as old as the history of fishing there. Society has long been utilizing fish resources in Lake Tempe to the needed nutrients. In the era of the 1970s, Lake Tempe is one of the main suppliers of fish consumption needs in Java. Tempe Lake even had time to become the largest source of fish for export Indonesia eel. Lake Tempe does have enough variety of fish resources, including fish and eel fish or Beloso Bunge. In addition to fish consumption, Tempe Lake also has a freshwater fish that is Binishi (Oryzias celebensis) and Celebes Rainbow (Telmatherina ladigesi). Marketing the two reached the continent of Europe and America.

Seumur dengan perkembangan budaya manusia di sekitar Danau Tempe, setua itulah sejarah perikanan di sana. Masyarakat sejak lama memanfaatkan sumberdaya ikan di Danau Tempe untuk kebutuhan gizinya. Di era tahun 1970an, Danau Tempe adalah salah satu pemasok utama kebutuhan ikan konsumsi di Jawa. Bahkan Danau Tempe sempat menjadi sumber terbesar ikan sidat untuk kebutuhan ekspor Indonesia. Danau Tempe memang memiliki cukup ragam sumberdaya ikan, antara lain ikan sidat dan ikan bungo atau beloso. Selain ikan konsumsi, Danau Tempe juga punya ikan hias air tawar yaitu Binishi (Oryzias celebensis) dan Celebes Rainbow (Telmatherina ladigesi). Pemasaran keduanya mencapai benua Eropa dan Amerika.

From the environmental side, Lake Tempe has an important meaning. In addition to fish resources, the surrounding riparian ecosystem is a habitat for various bird species. Some are migratory birds that cross between continents and stop at the lake at certain seasons. Some bird species included in Appendix I and II of CITES (Convention on International Trade in Endangered Species), a convention on international trade in endangered animals. For the surrounding community, Tempe Lake is the source of life. Water content to ensure the presence of ground water for drinking and bathing. The land around Lake Tempe quite fertile. District Sidenreng Rappang is granaries for the people of South Sulawesi and surrounding areas. All systems can not be separated from the environment between the waters of Lake Tempe, rivers flowing in and out of it and the land around it.

Dari sisi lingkungan, Danau Tempe memiliki arti penting. Selain sumberdaya ikan, ekosistem riparian di sekitarnya merupakan habitat berbagai jenis burung. Beberapa adalah burung migran yang melintasi antar benua dan singgah di danau tersebut di musim tertentu. Sebagian jenis burung masuk dalam Apendiks I dan II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species), sebuah konvensi tentang perdagangan internasional atas hewan-hewan terancam punah. Bagi masyarakat sekitar, Danau Tempe adalah sumber kehidupan. Kandungan airnya menjamin keberadaan air tanah untuk minum dan mandi. Lahan di sekitar Danau Tempe tergolong subur. Kabupaten Sidenreng Rappang adalah lumbung padi bagi masyarakat Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Semua tidak terlepas dari sistem lingkungan antara perairan Danau Tempe, sungai yang masuk dan keluar darinya serta daratan di sekitarnya.

But the beauty of Lake Tempe and the ability to sustain life in the community around it fades over time. Lake Tempe experiencing siltation, that's the conclusion many environmental experts. When dry, the water was shrunk so drastically that the lake dried up to be a source of conflict in the business of agriculture. When the rainy season and flooding, residents staged house was submerged. As if to force the population to stop the move.

Namun keindahan dan kemampuan Danau Tempe dalam menopang kehidupan masyarakat di sekitarnya memudar seiring berjalannya waktu. Danau Tempe mengalami pendangkalan, itulah kesimpulan banyak ahli lingkungan. Saat kemarau, airnya menyusut sangat drastis hingga danau yang mengering menjadi sumber konflik dalam pengusahaan pertanian. Saat musim hujan dan banjir, rumah panggung penduduk pun terendam. Seolah memaksa penduduk berhenti beraktivitas.

A dozen even dozens of discussions, forums, studies, surveys and studies have been done on the lake this Bugis community pride. But residents say that none of the realization of the research. They probably did not understand the intricacies of ecosystems and the popularity of these terms. What they understand is that nature should be representative of the Lord as a fulfillment of human needs, not vice versa.

Belasan bahkan puluhan diskusi, forum, kajian, survey dan penelitian sudah dilakukan di danau kebanggaan masyarakat Bugis ini. Namun penduduk berkata bahwa tidak ada satu pun realisasi dari hasil penelitian tersebut. Mereka mungkin memang tidak mengerti seluk-beluk ekosistem dan istilah-istilah populernya. Apa yang mereka pahami adalah bahwa alam seharusnya menjadi wakil Tuhan sebagai pemenuh kebutuhan hidup manusia, bukan sebaliknya.

Had no plans to dams Cenrana floating in the River, the outlet of water from Lake Tempe to the sea in the Gulf of Bone. Some communities in the downstream agreed on the grounds that they are not flooded again. Some communities elsewhere balked on the grounds dam will exacerbate water flow patterns Tempe Lake and eliminate their livelihood. But the one that almost certainly, the dam will cut off migration routes of fish and eel memunahkannya.

Sempat ada rencana pembuatan bendungan terapung di Sungai Cenrana, saluran keluar air dari Danau Tempe menuju laut di Teluk Bone. Sebagian masyarakat di hilir setuju dengan alasan supaya mereka tidak kebanjiran lagi. Sebagian masyarakat di tempat lain menolak keras dengan alasan bendungan akan memperparah pola aliran air Danau Tempe dan menghapuskan mata pencaharian mereka. Namun satu yang hampir pasti, bendung akan memutus jalur migrasi ikan sidat lalu memunahkannya.

Whatever plan is being drafted and all the analysis, the community of Lake Tempe lake hoping to give back blessings like the past. "In the past, with a fisherman, I can go a pilgrimage," said one fisherman. Yes, hopefully one day no more mercy for the people of Lake Tempe in the vicinity.
Apa pun rencana yang sedang disusun dan segala analisanya, masyarakat Danau Tempe berharap danau itu dapat memberi kembali keberkahan seperti masa lalu. “Dulu, dengan menjadi nelayan, saya bisa berangkat naik haji,” ujar salah seorang nelayan. Ya, semoga kelak ada lagi kemurahan Danau Tempe bagi masyarakat di sekitarnya.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Bantimurung Waterfall - Air Terjun Bantimurung